Kamis, 18 Mei 2017

ari Manasai Tarian Suku Dayak Kalimantan Tengah

Pengertian Tari Manasai Tarian Suku Dayak Kalimantan Tengah.Manasai merupakan salah satu jenis tari pergaulan dan melambangkan kegembiraan. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang penari pria dan wanita. Para penari berdiri berselang-seling antara pria dan wanita dalam satu lingkaran.  Tari ini biasanya juga diadakan untuk menyambut tamu-tamu isitimewa atau biasa disebut juga dengan tarian selamat datang.

Gerak Tari
Dimulai dengan semua menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip dengan gerakan dalam irama Cha-Cha.

Perlengkapan Tari

Perlengkapan tari manasai biasanya baju adat, bahalai (selendang), kain yang diikatkan mengelilingi kepala kemudian di sisipi Bulu Burung Tingang (Bulu Burung Engrang). Semua perlengkapan tersebut memiliki arti tersendiri bagi yang mengerti terutama para tetua adat.

Siapa saja dapat bergabung dalam lingkaran tarian ini dan tidak ada batasan usia. Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta meriah pun akan terbentuk dan tercipta.

Tari Lenso

Tari Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi Utara. Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Beberapa sumber menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku. Sedangkan sumber lain menyebut tari ini berasal dari Minahasa.
Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, di mana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh masyarakat di daerah Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur.
Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan selendang diterima berarti persetujuan

Tari Buja Kadanda

Kesenian Nusantara, NTB, Tarian Tradisional Kesenian satu ini merupakan tarian tradisional yang menggambarkan ketangkasan prajurit dalam berperang. Namanya adalah Tari Buja Kadanda.  Tari Buja Kadanda adalah salah satu tarian tradisional yang menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Tarian ini biasanya dibawakan oleh dua orang penari pria berpakaian prajurit bersenjatakan tombak dan perisai. Tari buja kandanda ini merupakan salah satu tarian tradisional dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat.  Sejarah Tari Buja Kadanda  Menurut beberapa sumber yang ada, Tari Buja Kadanda ini awalnya merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di luar istana kerajaan. Sehingga dapat diartikan bahwa tarian ini murni merupakan tarian yang diciptakan oleh rakyat. Berkat dukungan dari Kerajaan Bima dan para seniman istana, tarian ini kemudian mulai dikenal masyarakat luas. Buja kadanda sendiri merupakan tombak berumbai bulu ekor kuda yang digunakan penari sebagai atribut menarinya. Oleh karena itu tarian ini disebut dengan Tari Buja Kadanda atau Mpa’a Buja Kadanda.  Fungsi Tari Buja Kadanda   Tari Buja Kadanda ini merupakan tarian tradisional menggambar dua prajurit yang sedang berperang dengan menggunakan tombak dan perisai sebagai senjata mereka. Tarian ini diciptakan untuk mengenang dan mengapresiasi perjuangan para prajurit dalam mempertahankan daerah mereka. Selain itu tarian ini juga berfungsi untuk memperkenalkan kepada generasi muda akan kejayaan dan kehebatan masyarakat Bima pada jaman dahulu.   Pertunjukan Tari Buja Kadanda   Dalam pertunjukan Tari Buja Kadanda, pertama diawali dengan tabuhan dari musik pengiring. Kemudian para penari dengan membawa senjata mereka memberi salam kepada para penonton. Setelah itu kemudian mereka menari dengan gaya mereka masing-masing. Gerakan dalam tarian lebih didominasi oleh gerakan bela diri yang dipadukan dengan gerakan tari. Dalam tarian ini kedua penari melakukan gerakan saling menyerang dengan menggunakan tombak atau tongkat mereka.   Untuk melakukan tarian ini tentunya dibutuhkan keahlian khusus dalam seni bela diri. Karena pada dasarnya gerakan saling serang kedua penari terlihat sangat natural dan sangat cepat. Sehingga penari yang bertahan harus tahu kemana arah serangan itu datang. Dalam babak ini musik pengiring memainkan irama bertempo cepat, sehingga membuat pertunjukan terasa lebih hidup. Di akhir pertunjukan alunan musik diperlambat lagi sebagai tanda bahwa pertujukan segera berakhir. Kemudian kedua penari berangkulan dan memberi salam kepada para penonton yang menyaksikan.   Pengiring Tari Buja Kadanda   Dalam pertunjukan Tari Buja Kadanda ini diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gendang, gong, serunai dan tawa-tawa. Iringan musik tersebut dimainkan dalam dua irama yang berbeda yaitu irama lambat dan irama cepat. Irama lambat untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan dan irama cepat untuk mengiringi penari saat bertarung.   Kostum Tari Buja Kadanda   Kostum yang digunakan penari saat pertunjukan tari buja kadada ini merupakan kostum para prajurit. Kostum yang digunakan biasanya adalah baju lengan panjang, celana panjang, dan ikat atau penutup kepala. Selain itu tidak lupa menggunakan atribut menari yaitu tombak atau tongkat buja kadanda dan perisai.   Perkembangan Tari Buja Kadanda   Seiring dengan perkembangan jaman, Tari Buja Kadanda ini sudah mulai jarang dipertunjukan. Kurangnya ruang atau kesempatan untuk pertunjukan merupakan salah satu faktor utamanya. Namun kesenian ini masih tetap dilestarikan dan dikembangkan di beberapa sanggar yang ada di Bima. Selain itu tarian ini juga ditampilkan dibeberapa kesempatan acara seperti festival budaya dan acara-acara budaya yang diadakan di sana. Tentunya perhatian pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam melestarikan kesenian tradisional satu ini.   Sekian pengenalan tentang “Tari Buja Kadanda Tarian Tradisional Dari Bima, NTB”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisonal.

Tari Yapong

Tarian Yapong pertama kali diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo pada tahun 1975. Tari ini biasanya diadakan ketika mendekati hari ulang tahun kota Jakarta. Nah, saat itu biasanya Dinas Kebudayaan mempersiapkan beberapa tari daerah dari berbagai belahan Indonesia.
Nama Yapong, diambil dari bunyi lagu ‘ya ya ya’ dipadukan dengan suara musik yang seperti bersuara ‘pong pong pong’ akhirnya dipadukan menjadi yapong.
Sampai sekarang tarian ini menjadi khas tarian tradisional Betawi, instrumen yang digunakan dalam tarian ini adalah Rebana Biang, Rebana Ketimpring dan Rebana Hadroh. Seiring dengan zaman, yapong dimasukan ke tarian dance untuk memadukan tradisional dan modern menjadi seni kontemporer.

Tarian Daerah Nusa Tenggara Timur - Tari Hopong


Tari Hopong adalah merupakan salah satu ritual adat yang ada di masyarakat Helong yang bermukim di Pulau Timor dan Pulau Semao Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Upacara Hopong adalah merupakan ritual yang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan Nenek Moyang.

Upacara dan tarian Hopong ini dilakukan pada masa panen di sebuah rumah yang telah ditentukan bersama dengan dihadiri oleh para tetua adat serta lapisan masyarakat Helong. Tarian Hopong menggambarkan kehidupan bersama, nilai religius dan gotong royong masyarakat Helong.

Tarian Hopong diiringi dengan musik tradisional yang dimainkan dari gendang, tambur dan gong.

Tari Tradisional Sumatera Barat - Tari Pasambahan Minang

Tari Pasambahan Minang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang ditujukan untuk menyambut kedatangan tamu yaitu sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu yang datang. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan saat menyambut tamu dan saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Setelah Tari Pasambahan kemudian dilanjutkan dengan suguhan Daun Sirih dalam Carano kepada Sang tamu, sedangkan pada acara penyambutan pengantin pria, Daun sirih dalam Carano disuguhkan kepada pengantin pria sebagai wakil rombongan dan juga kepada kedua orangtua pengantin pria.


Pada saat ini tari Pasambahan Minang tidak hanya ditampilkan untuk menyambut tamu saja, akan tetapi kerap kali dipertunjukan pada pementasan seni dan budaya Sumatera Barat.




Berikut ini adalah video tari tradisional Sumatera Barat yaitu Tari Pasambahan Minang yang diambil dari youtube.com

 

Tari Kancet Ledo / Tari Gong

Tari Kancet yang biasa disebut dengan Tari Gong merupakan tarian adat yang berasal dari Kalimantan yang tepatnya berada di Kalimantan Timur. Tarian ini mengekspresikan mengenai lembutnya seorang wanita yang diperlihatkan melalui tariannya diatas Gong dengan gerakan lemah lembut dan disertai dengan keseimbangan. Tarian ini memberikan ungkapan mengenai kepandaian dan kecantikan seseorang. Tarian ini disertai dengan iringan alat musik Sapeq yaitu alat musik yang seperti kecapi yang dimainkannya dengan cara dipetik lalu penari akan menari diatas Gong. Dan terciptalah nama Tari Gong.

Tari Tarek Pukat

Tari ini sangat unik karena menggambarkan akitifitas nelayan yang akan menangkap ikan.
Sejarahnya tarian ini terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja, karena masyarakat Aceh saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.
Saat menangkap ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan menangkap ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.
Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan kebersamaan. Musiknya pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum busana tradisional khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya, hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan kekiri, masing-masing tali akan dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas, dan dililitkan lagi, hingga pada endingnya tali itu akan berbentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung didalamnya. Saat ini, tarian ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan tertentu.

Tari Musyoh

Tari Musyoh adalah tari tradisional Papua yang merupakan tarian sakral suku adat yang ada di Papua yang bertujuan untuk menenangkan arwah suku adat papua yang meninggal karena kecelakaan. Suku adat Papua tersebut mempercayai bahwa apabila ada yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang, sehingga dilakukanlah tarian skral ini (Tari Musyoh) untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut.

Tari tradisional Musyoh ini diiringi oleh alat musik tradisional Papua yaitu Tifa. Alat musik Tifa ini juga digunakan pada beberapa tarian dari Suku Adat Papua lainnya.

Tari Merak

Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupanmerak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri.[1][2]

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Merak yaitu binatang sebesar ayambulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti mahkota.[3] Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya agar menarikburung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari Merak ini.[2]
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warnabulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam.[2] Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap penarinya. [2]
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya.[2] Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.[2]
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri.[2] Tidak heran kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.[2

Tari Lenso

Tari Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi Utara. Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Beberapa sumber menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku. Sedangkan sumber lain menyebut tari ini berasal dari Minahasa.
Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, di mana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh masyarakat di daerah Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur.
Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan selendang diterima berarti persetujuan

Ondel-ondel

Hal ini terungkap dari tulisan W. Scot, seorang pedagang Inggris yang pada awal abad ke tujuh belas berada di Banten, yang dikutip oleh W. Fruin Mees dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II yanh intinya kurang lebih sebagai berikut :
"Pada tahun 1605, iring-iringan Pangeran Jayakarta Wijayakrama untuk ikut merayakan pada khitanan pangeran Abdul Mafakhir yang tiga tahun sebelumnya dalam usia 7 tahun telah dinobatkan sebagai Sultan Banten menggantikan ayahandanya, Sultan Muhammad, yang wafatnya di Palembang, antara lain membawa boneka berbentuk raksasa ("een reus raksasa itu adlah apa yang dewasa ini kita kenal sebagai ondel-ondel , yang pada zaman dahuli lazim dianggap perwujudan Danyang Desa, penolak mata petaka.
Walaupun pertunjukan rakyat semacam itu terdapat pula di beberapa tempat lain seperti di Priangan dikenal dengan sebutan Badawang, di Cirebon diswbut Gendruwo, di Banyumas disebut Barongan Buncis dan si Bali disebut Barong landung, tetapi ondel-ondel memiliki karakterisrik yang khas. Sebagai catatan, diharapkan dalam membuat disainnya agar dapat menunjukkan ekspresi garang tetapi menyenangkan untuk dilihat, tidak mengesankan makhluk besar berwajah bodoh. Ondel-ondel tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya dijadikan personifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampung dan seisinya. Dengan demikian dapat dianggap sebagai membawakan lakon atau cerita, sebagaimana halnya dengan "bekakak" dalam upacara "potong bekakak" digunung gamping disebelah selatan Kota Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan Sapar setiap tahun.
Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5 m, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk, "duk" kata orang Betawi. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar (bulat) melotot.
Ondel-ondel yang menggambarkan lski-lski muksnys bercat merah, yang menggambarkan perempuan bermuka putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan arak-arakan, seperti mengarak pengantin sunat dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki dan perempuan. Tetapi dewasa ini tergantung dari permintaan yang empunya hajat. Bahkan dalam perayaan-parayaan umum seperti ulang tahun hari jadi Kota Jakarta, biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga merupakan arak-arakan tersendiri yang cukup meriah.
Musik pengiring Ondel-ondel tidak tertentu, tergantung masing-masing rombongan. Ada yang diiringi Tanjidor, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung Setu. Ada yang diiringi gendang pencak Betawi seperti rombongan "Beringin Sakti: pimpinan Duloh (Almarhum), sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Ada pula yang diiringi Bende, "Kemes", Ningnong dan Rebana Ketimpring, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan, pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, "Ngamen". Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru MAsehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani termasuk "abangan", khususnya yang terdapat didaerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Di beberapa tempat seperti di Cireundue, Ciputat, serinh pula digunakan dalam pesta-pesta "baritan", semacam upacara "bersih desa", yang biasa diselenggarakan setelah panen raya, dahulu antara juli - agustus.  Pembuatan Ondel-ondel dilakukan secara tertib. Baik waktu membentuk kedoknya, demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu.
Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disedikan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti dibakari kemenyan. Demikian pula Ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantiasa diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah satu seorang yang dituakan. Menutut istilah setempat upacara demikian itu disebut "ukup" atau "ngukup".

Sejarah dan Keberadaan Gong Kebyar di Sanggar Tari Wijaya Kusuma (S.T.W.K)

Pendahuluan
Gambelan gong kebyar sebagai musik tradisional bali dalam sejarahnya yang di tulis oleh babad bali gong kebyar di perkirakan muncul pada tahun 1915.
Sejak dulu sudah banyak penelitian yang meneliti tentang gambelan gong kebyar.hanya saja dari begitu banyaknya tulisan tentang gong kebyar, namun masalah tentang asal mula gong kebyar belum dapat terungkap. Hal ini di sebapkan oleh sangat sedikit sekali data-data mengenai asal mula gong kebyar. Terutama data-data tertulis yang bias menjadi pegangan, dalam menelusuri asal mula gong kebyar lebih lanjut.
Gambelan gong kebyar merupakan salah satu jenis gambelan yang tergolong dalam golongan gambelan baru atao muda. Gambelan ini merupakan suatu bentuk seni pertunjukan yang paling popular di bali oleh sebap itu gambelan gong kebyar berkembang dan tersebar ke seluruhpelosok pulau bali hingga kelur bali. Para peneliti telah memberikan batasan pengertian barungan gambelam gong kebyar yang ad selama ini. Ad pula batasan tersebut lebih di lihat ke pada batasa yaitu Barungan,Gambelan,Gong,Kebyar.
Barungan adalah suatu kelompok alat gambelan yang terdiri dari berbagai jenis instrument dengan jumlah tertentu. Gambelan adalah suatu barungan alat-alat seni yang memiliki bentuk dan komposisi, yang di pergunakan sebagai sarana untuk memanifesasikan lagu-lagu kususnya lagu-lagu daerah Indonesia. Gong adalah sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar dan mempunyai pencol atao pencon di tengah-tengahnya. Kebyar adalah suatu bunyi yang timbul dari akibat pukulan dari alat-alat gambelan secara keseluruhan dan bersam-sama. Sekalipun gambelan gong kebyar ini termasuk dalam golongan gambelan bali baru namun di dalamnya masih Nampak jelas betapa kuatnya pengaruh-pengaruh terhadap gambelan bali lainya yang masuk dan ikut membentuk gambelan gong kebyar ini.
Banyak penulis dalam tulisanya menyatakan bahwa gmbelan gong kebyar muncul pada awal abad ke XX, muncul di daerah bali utara yaitu sekitar tahun 1915 di Jagerage buleleng bagian timur. Suatu penelitian di dapatkan beberapa da yang dapat di jadikan suatu pegangan guna menelusuri asal mula gong kebyar ini. Dan di temukan bahwa untuk mendapat kepastian di mana, kapan,dan siapa pencetus gong kebyar ini merupakan hal yang tidak mudah. Dan para ahli peneliti juga para seniman berkumpul mendiskusikan ini, dan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak I Gusti Bagus Sugriwa yang berasal dari desa bungkulan buleleng bahwa lagu-lagu gong kebyar di ciptakan pertama kali oleh I Gusti Nyoman Panji di desa bungkulan pada tahun 1914 jadi informasi ini menunjukan bahwa pada tahun 1914 di desa bungkulan telah di ciptakan lagu-lagu kekebyaran.
Berdasarkan uraian-iraian di atas telah di tarik kesimpulan bahwa gong kebyar pertma kali muncul di bali di utara buleleng sekitar tahun 1914 dan kemudian di desa bungkulan (buleleng timur) sudah di ciptakan bentuk-bentuk tabuh kekebyaran yaitu antara tahun 1910 sampai 1914 yang di populerkan oleh I Gusti Nyoman Panji.
Struktur gong kebyar
Gong kebyar adalah salah satu perangkat/barungan gambelan bali yang terdiri dari lima nada (panca nada) dengan laras pelog. Tapi tiap-tiap instrument terdiri dari sepuluh bilah.
Oleh karenanya gong kebyar  menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika di bandingkana dengan jenis-jenis gambelan yang ad pada saat ini seperti gambelan gambang,gong gede,selonding,samara peguligan dan masih bnyak lainya.
Bila di jelaskan,barungan gong kebyar terdiri dari:
  • Dua buah pengugal/giying
  • Empat buah pemade
  • Empat buah kantilian
  • Dua buah jublag
  • Dua buah penyacah
  • Dua buah jegogan
  • Satu buah reong
  • Satu buah terompong
  • Sepasang gong (lanang,wadon)
  • Satu buah kempur
  • Satu buah kemong gntung
  • Satu buah bebende
  • Satu buah kempli
  • Satu buah ceng ceng rincik
  • Sepasang kendang (lanang,wadon)
  • Satu buah kaja
Fungsi gong kebyar
Sebagian besar kita ketahu ilewat literature dan rekaman tampak bahwa gong kebyar itu berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaharuan maksudnya adalah lewat gong kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-geding baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada.
Sedangkan sebagai pelanjut tradisi adalah gong kebyar mampu menjaga eksistensi reporter gambelan lainya melalui transformasi dan adaptasi
Seperti apa yang sudah di bahas di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi untuk mengiringi kekebyaran, namun sesuai dengan perkembanganya bahwa gong kebyar memiliki fungsi yang sangat banyak. Hal ini di karenakan memiliki keunikan tersendiri sehingga iya mampu  berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan,palegongan maupun jenis geding yang lainya. Di samping itu gong kebyar juga bias di gunakan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama seperti misalnya tari sakral maupun tari wali dan tari balih-balihan.
Gong kebyar juga bias di perlombakan dengan mengedepan kan kreatifisa yang tinggi,ide yang agus,pembuatan komposisi yang rumit,kebersamaan,dan seportifitas yang memberikan kesan lebih terhadap gong kebyar itu sendiri,dan menjadi salah satu objek pariwisata di pulau bali.
Saking terkenalnya gong kebyar,hingga ke seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negri,di tempat asal saya pun memiliki sedikit  cerita dan sejarh tentang  gambelan gong kebyar di pulau Lombok,Nusa Tenggara Barat,yaitu gong kebyar yang ada di sanggar tari wijaya kusuma (sanggar tari pertama dan ter tua di pulau Lombok,NTB).
Pendahuluan dan Bagaimana Sejarah Tentang Keberadaan Gong Kebyar di Sanggar Tari Wijaya Kusuma
Sanggar Tari Wijaya Kusuma ini adalah sanggar tari yang di dirikan oleh  Ni Made Darmi, pada tahun 1958 dan sanggar tari ini adalah satu-satunya sanggar dan sanggar tari pertama di Lombok,yang bertempat di Karang songkang,kecamatan Cakranaegara Mataram Nusa Tenggara Barat dulunya Sanggar Tari Wijaya Kusuma ini hanyalah sanggar yang mengajarkan berbagai macam tari-tarian bali dan tidak memiliki barungan gambelan apapun,tapi karna tari-tarian bali yang kuat sakli kaitanya dengan barungan gong kebyar jadi Sanggar Tari Wijaya Kusuma ini akihirnya, mempunyai Gong Kebyar sendiri,Gong Kebyar ini ada karna ide sang suami dari Made Darmi yaitu I Wayan  Kerthawirya.Karna sang suami menyukai gong tari-tarian.Gong Kebyar yang ada hingga saat ini di beli oleh Pak Wayan Kerthawiry pada tahun 1985 dan di resmikan  (di plaspas) langsung pada saat itu yang bertepat di “pura lingsar”,pada waktu itu Sanggar Tari Wijaya Kusuma adalah satu-satunya sanggar tari di Nusa Tenggara Barat NTB dan satu-satunya memiliki barungan gong kebyar dengan ukiran yang sang detail.Pada waktu itu barungan Gong Kebyar ini sangat lah terkenal,jadi jika di tanyakan ke pada kakek-kakek atao orang-orang tua yang pada awktu itu ikut serta menjadi bagian dari sekhe barungan Gong Kebyar yang ada di Sanggar Tari Wijaya Kusuma sekarang ini adalah brungan terlengkap,mewah,suarnya paling bagus di banding brungan-barungan yang ada pada zaman itu,dan barungan gong kebyar “Pak Wirya” (begitu para orang tua di sana memanggilnya) adalah barungan yang d keramat kan dri dulu hingga sekarang.
Menurut penjelasan yang saya dapatkan dari “I Made Citra” beliau adalah salah satu sekha pada zaman itu,”jiaka saya ingat-ingat pada wakt itu,para muda mudi sangat beda dengan sekarang,dulu para sekha Wijaya Kusuma sangat lah kompak ,hampir dari setiap bagian masyarakat,wilayah di pulau Lombok ini berkumpul jadi satu untuk menabuh di sanggar tari wijaya kusuma dan setiap tahunya kami para sekha mengadakan pementasan di sanggar sekaligus mecaru untuk barungan gong kbyar ini,karna gong kbyar ini sangat lah keramat, apa lagi semenjak  meninggalnya Pak Wayan Kerthawirya,gambelan gong kebyar ini semakin menjadi kermat”,(penjelasan dari I Made Citra).
Semenjak meninggalnya  Pak Wirya aktifitas,pelatihan gong kebyar di Sanggar Tari Wijaya Kusuma lama kelamaan mengalami penurunan. Banyak kejadian aneh yang di alami oleh para sekha pada saat mengadakan latahn terutama di alat musik yang bernama “gangse”.
Menurut saksi mata yang melihat langsung kejadian itu,yaitu “Ayah Ade Lodot” beliau adalah kerabat dekat dari Pak Kerthawirya,pada saat melakukan sesilathan salah satu dari sekha mengalami kejadian yang aneh seperti kaki serasa di lewati oleh ular yang sangat besar,gangguan-gandduan seperti itu sering juga di alamai oleh para sekha yang lainya. Dan karna saking keramatnya  ada satu orang yang bernama Papuq Senah langsung meninggal dunia beberapa saat sehabis diya membersikan alat barungan  tersebut, dan meninggalnya pun secara mendadak di sanggar itu.
(foto gong kebyar yang ada di sanggar tari wijaya kusuma)
Mengetahui kejadian ini para sekhe mulai satu persatu mengundurkan diri karna tidak berani mengambil resiko dan takut akan kejadian yang tak terduga sprit itu.Dan mulai saat itu keberadaan barungan gong kebyar di sanggar tari wijaya kusuma tidak terawat seperti di masa jayanya dulut dan lama kelamaan sinar kemegahanya pun meredup  dan sampai saat ini,,kegeiatan latihan,pementasan setiap tahunya,mecaru dan lain-lain berhenti total hingga sekarang .
Dan semnjak saat itu Sanggar Tari Wijaya Kusuma hanya memiliki penari-penari yang berbakat dan tidak memiliki sekha penabuh seperti dulu yang biasa saling melengkapi antara sipenari dan penabuh.
Harapan Ibu Made Darmi untuk muda mudi Karang Songkang (tempat Sanggar Tari Wijaya Kusuma di dirikan),beliao ingin melihat muda mudi karang songkang  untuk dapat merawat,dan menabuh barungan gong kebyar tersebut dan mengembalikan kejayaan dan ke agungan dari gong kebyar itu sendiri.
Dan itu pula yang membuat saya “I Komang Bendesa Pranawa” jauh-jauh ke bali,untuk belajar gong kebyar d ISI Denpasar ini agar saya bias membangkitkan kembali barungan gong kebyar yang ad di Sanggar Tari Wijaya Kusuma.Dan menghilangkan mitos yg telah lama menghatui para masyarakat di Lombok tentang keramatnya barungan gong kebyar tersebut dengan cara mgengajak muda mudi untuk mengumpulkan dana dan mengadakan mecaru dan persembahyangand sanggar.
Penutupan
Mungkin Cuma sedikit sejarah gong kebyar  di Sanggar Tari Wijaya Kusuma yang saya bias sampaikan,semoga ap yang saya tulis bias menjadi salah satu acuan sejarh bagi sanggar saya,dan bermanfaan bagi kita semua,Terimakasih.

Tari Remo

Tari Remo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur[butuh rujukan]. Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek Di desa Ceweng, tarian ini diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukanludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah.
Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.
Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Tata Gerak[sunting | sunting sumber]

Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.

Tata Busana[sunting | sunting sumber]

Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

Busana gaya Surabayan[sunting | sunting sumber]

Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.

Busana Gaya Sawunggaling[sunting | sunting sumber]

Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.

Busana Gaya Malangan[sunting | sunting sumber]

Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.

Busana Gaya Jombangan[sunting | sunting sumber]

Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.

Busana Remo Putri[sunting | sunting sumber]

Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.

Pengiring[sunting | sunting sumber]

Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.

Tema & Jenis[sunting | sunting sumber]

Tema dari Tari Remo adalah tema kepahlawanan dan jenis dari Tari Remo adalah tari laki laki gagah.

Manasai adalah satu jenis tari pergaulan yang ada pada masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang peserta, pria dan wanita yang berdiri berselang-seling antara pria dan wanita dalam satu lingkaran. Dimulai dengan semua menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip dengan gerakan dalam irama Cha-Cha. Tidak ada batasan usia dalam tarian ini. siapapun dan dalam usia berapapun boleh bergabung. Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta meriah pun akan terbentuk dan tercipta.

Manasai adalah satu jenis tari pergaulan yang ada pada masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang peserta, pria dan wanita yang berdiri berselang-seling antara pria dan wanita dalam satu lingkaran. Dimulai dengan semua menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip dengan gerakan dalam irama Cha-Cha. Tidak ada batasan usia dalam tarian ini. siapapun dan dalam usia berapapun boleh bergabung. Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta meriah pun akan terbentuk dan tercipta.

Manasai

Manasai adalah satu jenis tari pergaulan yang ada pada masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang peserta, pria dan wanita yang berdiri berselang-seling antara pria dan wanita dalam satu lingkaran. Dimulai dengan semua menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip dengan gerakan dalam irama Cha-Cha. Tidak ada batasan usia dalam tarian ini. siapapun dan dalam usia berapapun boleh bergabung. Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta meriah pun akan terbentuk dan tercipta.

Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa

Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa. Tari ini biasa disebut juga dengan jaran kepang atau jathilan. Kuda lumping adalah tarian tradisional jawa yang menampilkan sekompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga yang terbuat dari anyaman bambu yang kemudian diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Selain itu kuda lumping juga identik dengan hal-hal magis.

Tarian kuda lumping menampilkan adegan prajurit berkuda, namun dalam penampilannya terdapat juga atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Kuda tiruan yang digunakan dalam tarian kuda lumping dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga masyarakat jawa menyebutnya sebagai jaran kepang.
Sejarah Tari Kuda Lumping

Sangat sulit menemukan sumber catatan sejarah yang menjelaskan tentang asal muasal tarian ini, hanya dari cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke kegenarasi. Namun ada 2 cerita rakyat yang berhasil penulis dapat, yaitu :

Versi 1
Bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.

Versi 2
Kesenian Kuda Lumping berasal dari daerah Ponorogo Jawa Timur. Menurut sebuah legenda, Raja Ponorogo selalu kalah dalam peperangan. Sang raja masygul dan gundah. Akhirnya ia pergi ke sebuah pertapaan. Ketika sedang khusu-khusunya memohon kepada Dewa Jawata Sang Marasanga, ia dikejutkan oleh suara tankatingalan. Suara itu ternyata wangsit dari Sang Jawata. Isinya apabila raja ingin menang perang, ia harus menyiapkan sepasukan berkuda. Ketika pergi ke medan perang, para prajuritpenunggang kuda itu diiringi dengan "bande" dan rawe-rawe.

Konon, bande dan rawe-rawe itu menggugah semangat menyala membabi buta di kalangan para prajurit penunggang kuda. Ketika bertempur mereka mabuk tidak sadarkan diri tapi dengan semangat keberanian yang luar biasa menyerang musuh­-musuhnya. Demikianlah dalam setiap peperangan para prajurit bergerak dalam keadaankalap dan memenggal kepala musuh-musuhnya dengan kekuatan yang tangguh. Akhimya. lasykar Raja selalu memperoleh kemenangan.

Baca juga : Tari Reog Ponorogo

Untuk menghormati Dewa sang pemberi wangsit dan memperingati kemenangan demi kemenangan kemudian setiap tahun diadakan upacara kebaktian dengan suguhan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan yang menggambarkan kepahlawanan, sebagai suatu prosesi dari prajurit penunggang kuda yang kalap dan menyerbu musuh-musuhnya. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu kemudian diberi nama Kuda Lumping.
Tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Di Jawa Timur terdapat di beberapa daerah, seperti jamban, kolong jembatan, rel kereta, dan daerah-daerah lainnya. Dan seperti halnya tarian lain yang ada di Indonesia kuda lumping biasanya ditampilkan pada ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Baca juga : Mengenal suku Bawean dari Kabupaten Gresik Jawa Timur

Dalam pementasanya, tari kuda lumping menggunakan kaca,beling,batu,dan jimat. Kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.



Jenis Tarian Kuda Lumping
  1. Jaranan Thek Ponorogo
  2. Jaranan Kediri, kediri
  3. Jaranan sentherewe, Tulungagung
  4. Jaranan Turonggo Yakso,Trenggalek
  5. Jaranan Buto, banyuwangi
  6. Jaranan Dor, Jombang
  7. Jaran Sang Hyang, Bali
  8. Jathilan Dipenogoro, Yogya dan Jawa Tengah
  9. Jathilan Hamengkubuwono, Yogya dan Jawa Tengah

Pagelaran Tari Kuda Lumping

Dalam pementasannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Kuda_lumping
http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/kesenian-kuda-lumping.html